Usaha keras tidak akan menghianati hasil. Rupanya ungkapan tersebut dirasakan oleh Mahasiswa semester enam Jurusan Manajemen UIN SGD Bandung, Nunung Nurhayati Suwanda. Dirinya terpilih menjadi delegasi UIN SGD Bandung untuk mengikuti kegiatan Summer Enrichment Program (SEP) yang diselenggarakan University Malaya (UM), Malaysia. Ia berangkat bersama 21 mahasiswa UIN SGD Bandung lainnya pada awal Maret lalu selama 21 hari.
Kata Nunung, untuk lulus menjadi delegasi tidaklah mudah. Menurutnya, ia harus mengikuti beberapa tahap seleksi yang cukup ketat. Di antaranya seleksi administrasi, membuat essay on the spot, dan interview. “Awalnya aku pesimis pas tahap essay on the spot, soalnya yang daftar 80 orang lebih kan. Alhamdulilah lulus essay dan masuk ke tahap interview,” kenangnya.
Pada tahap interview, kata dia, para mahasiswa diuji kemampuannya dalam public speaking, khususnya dalam berbicara bahasa Inggris. Di tahap ini, ia merasa percaya diri, karena sebelumnya ia pernah mengikuti kursus bahasa Inggris ternama di Kota Bandung.
Selama kegiatan SEP, dirinya mendapat banyak pengalaman di negeri Jiran itu. Seperti mini conference atau Model United Nations, ia menjadi tahu tentang negara Laos dan ASEAN lainnya. “Di mini conferene aku megang Laos, jadi aku tahu permasalahan-permasalahan di Laos, juga saling memberi solusi satu sama lain," katanya
Disana, ia mengikuti kelas-kelas internasional dengan beberapa mahasiswa di negara Jepang, China, dan Australia. Tak hanya itu, perempuan asal Karawang juga turut mempelajari kebudayan, sejarah, dan alat musik tradisional di Malaysia. “Aku disana belajar alat musik yang namanya Caklempong, kalo di Indonesia sih kaya gamelan gitu,” ujarnya.
Sebelumnya, ia pernah bermimpi, ia harus pergi ke luar negeri sebelum lulus kuliah dan harus punya pengalaman internasional. Ia juga ingin merasakan kehidupan bersama orang-orang yang berbeda budaya dengan Indonesia dan ingin berbagi banyak hal tentang Indonesia. Akhirnya berkat motivasi dan keinginan yang besar, ia dapat mencapai semua itu.
Meskipun banyak organisasi yang ia ikuti, di antaranya Earth Hour Bandung, Sahabat Museum KAA, Dewan Mahasiswa FISIP, dan Lembaga Pers Mahasiswa Suaka, ia tetap mengedepankan kuliahnya. Karena bagi dia, kuliah adalah bentuk kewajiban, sesibuk apapun di organisasi ia tetap mencoba menjalankan tugasnya sebagai mahasiswa.
“Sempat keteteran bagi waktu sih. Tapi aku bikin skala prioritas yang di simpan di note handphone atau di schedule board. Jadi sebisa mungkin aku imbangin antara organisasi dan kuliah," tutupnya di akhir perbincangan.
Kata Nunung, untuk lulus menjadi delegasi tidaklah mudah. Menurutnya, ia harus mengikuti beberapa tahap seleksi yang cukup ketat. Di antaranya seleksi administrasi, membuat essay on the spot, dan interview. “Awalnya aku pesimis pas tahap essay on the spot, soalnya yang daftar 80 orang lebih kan. Alhamdulilah lulus essay dan masuk ke tahap interview,” kenangnya.
Pada tahap interview, kata dia, para mahasiswa diuji kemampuannya dalam public speaking, khususnya dalam berbicara bahasa Inggris. Di tahap ini, ia merasa percaya diri, karena sebelumnya ia pernah mengikuti kursus bahasa Inggris ternama di Kota Bandung.
Selama kegiatan SEP, dirinya mendapat banyak pengalaman di negeri Jiran itu. Seperti mini conference atau Model United Nations, ia menjadi tahu tentang negara Laos dan ASEAN lainnya. “Di mini conferene aku megang Laos, jadi aku tahu permasalahan-permasalahan di Laos, juga saling memberi solusi satu sama lain," katanya
Disana, ia mengikuti kelas-kelas internasional dengan beberapa mahasiswa di negara Jepang, China, dan Australia. Tak hanya itu, perempuan asal Karawang juga turut mempelajari kebudayan, sejarah, dan alat musik tradisional di Malaysia. “Aku disana belajar alat musik yang namanya Caklempong, kalo di Indonesia sih kaya gamelan gitu,” ujarnya.
Sebelumnya, ia pernah bermimpi, ia harus pergi ke luar negeri sebelum lulus kuliah dan harus punya pengalaman internasional. Ia juga ingin merasakan kehidupan bersama orang-orang yang berbeda budaya dengan Indonesia dan ingin berbagi banyak hal tentang Indonesia. Akhirnya berkat motivasi dan keinginan yang besar, ia dapat mencapai semua itu.
Meskipun banyak organisasi yang ia ikuti, di antaranya Earth Hour Bandung, Sahabat Museum KAA, Dewan Mahasiswa FISIP, dan Lembaga Pers Mahasiswa Suaka, ia tetap mengedepankan kuliahnya. Karena bagi dia, kuliah adalah bentuk kewajiban, sesibuk apapun di organisasi ia tetap mencoba menjalankan tugasnya sebagai mahasiswa.
“Sempat keteteran bagi waktu sih. Tapi aku bikin skala prioritas yang di simpan di note handphone atau di schedule board. Jadi sebisa mungkin aku imbangin antara organisasi dan kuliah," tutupnya di akhir perbincangan.
0 Comment for "Nunung Nurhayati Suwanda : Perjuangan Ikut Student Exchange di University Malaya"